BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di dunia yang begitu luas ini, Allah
SWT menciptakan berbagai makhluk, gunung-gunung yang besar, lautan yan besar
dan berombak dan samudera yang luas.Demikianlah Allah menciptakan alam semesta
ini atas kuasaNya dan kepada manusia, Allah memberikan beberapa keistimewaan.Di
antaranya adalah kemampuan berpikir yang digunakan untuk membukakan
rahasia-rahasia unsur-unsur kekuatan yang tersembunyi di alam ini.
Begitu pula para nabi yang di utus oleh
Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia terhadap pesan dan misi
yang dibawa oleh Nabi.Dan mukjizat itu selalu dikaitkan dengan perkembangan dan
keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi[1].Namun
apakah suatu mukjizat itu dapat ditandingi?
Berdasarkan alasan di atas.Maka paper
ini membahas topik tentang I’jaz Al-Qur’an. Dimana akan dijelaskan mengenai
dasar pembahasan i’jaz Al-Qur’an dan keindahan dari segi-segi kemukjizatan
Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
·
Bagaimana pengertian I’jaz
Al-Qur’an?
·
Apa saja macam-macam
I’jaz Al-Qur’an?
·
Unsur-unsur dan Aspek
kemukjizatan Al-Qur’an?
C.
Tujuan Masalah
·
Agar kita memahami serta
paham arti I’jaz alquran
·
Agar kita mengetahui dan
memahami macam-macam I’jaz alquan
·
Agar kita mengetahui
unsur-unsur kemukjizatan Alquran serta memahami satu persatu dari unsur itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mukjizat Al-Qur’an
I’jaz
Alquran terdiri atas dua kata, kata pertama disandarkan (idhafah) kepada kata
kedua.Dalam hal ini penyandaran mashdar kepada subjeknya (fa’il). Objeknya dan
apa yang berkaitan dengan kata kerja (fi’il), disembunyikan, karena sudah
dimaklumi.[2]
Menurut bahasa, makna I’jaz alquran adalah penetapan alquran akan
ketidakmampuan makhluk memenuhi tantangan alquran. Akan tetapi, hal ini
bukanlah sasaran utama I’jaz alquran, karena yang diinginkan adalah menamakkan
kebenaran Alquran, dan kejujuran Muhammad saw. sebagai Rasul. Begitu pula
dengan mukjizat semua Rasul.
Pelakunya (yang
melemahkan) dinamai mukjiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak umat menonjol
sehinga mampu membungkam lawan, ia dinamai “mukjizat”. Tambahan ta’ marbuthah
pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).[3]
Secara istilah:
a.
Penampakan kebenaran pengklaiman
kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi
mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran.
b.
Perbuatan seseorang pengklaim
bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam
dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran
klaimnya.
Jadi,Mukjizat
adalah Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai
tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada
diri seorang yang mengaku Nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya.Mukjizat ini
ditujukan untuk menunjukkan kelemahan manusia untuk mendatangkan hal yang
serupa dengannya.[4]
Dengan demikian,
mukjizat itu diharapkan menumbuhkan kesadaran umat Rasul yang bersangkutan
bahwa tantangan yang tidak sanggup mereka penuhi itu berasal dari Allah yang
mengutus Rasul yang bersangkutan dan mereka harrus mengimani dan sekaligus
mengimani Rasul yang membawanya.[5]
Ilmu ini sangat mulia, karena mukjizat Rasul saw. yang kekal adalah Alquran.[6]
D.
Macam-macam I’jaz Al-Qur’an
Dalam
sebuah buku yang berjudul ”Al-I’jaz Qur’any fi Wujuhil Muktasyifah”,
macam-macam i’jaz Al-Qur’an yan terungkap antara lain: i’jaz balaghi (berita
mengenai hal ghaib), i’jaz tasyri’ (perundang-undangan), i’jaz ilmi, i’jaz
lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), i’jaz thibby (kedokteran), i’jaz falaky
(astronomi), i’jaz adady (jumlah), i’jaz i’lami (informasi), i’jaz thabi’i (fisika)
dan lain sebagainya.
Karena banyaknya
berbagai macam i’jaz Al-Qur’an, maka dalam hal ini akan diuraikan beberapa
bagian dari macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku ”Al-I’jazal
Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain:
1.
I’jaz Balaghy (Berita Tentang
Hal-hal yang Ghaib)
Sebagian
ulama’ mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an adalah berita ghaib, contohnya
adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus:
92
Artinya: ”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”
(QS. Yunus:92)
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan
Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Tidak seorangpun mengetahui
hal tersebut, karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun S.M. Pada awal abad
ke-19, tepatnya pada tahun 1898, ahli purbakala Loret menemukan di lembah
raja-raja Luxr Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa itu
adalah Firaun yang bernama Munftah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s.
Selain itu, pada tanggal 8 juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari
pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang
ditemukannya adalah salah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-
Quran melalui nabi yang ummy ( tidakpandai membaca dan menulis).[7]
2.
I’jaz Lughawy (Keindahan Redaksi
Al-Qur’an)
memandang
segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an dalam 4 aspek, di antaranya aspek keindahan
dan ketelitian redaksinya[8].
Dalam Al-Qur’an dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara
kata-kata yang digunakan, yaitu:[9]
a)
Keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dan antonimnya.
Beberapa contoh diantaranya:
·
Al-hayyah (hidup) dan al-mawt
(mati) masing-masing sebanyak 145 kali;
·
Al-naf’ (manfaat) dan
Al-madharat (mudarat) masing-masing sebanyak 50 kali;
·
Al-har (panas) dan al-bard
(dingin), masing-masing 4 kali;
·
Dll.
b)
Keseimbangan jumlah bilangan kata
dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya.
·
Alharts dan al-zira’ah
(membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
·
Al-‘ushb dan al-dhurur (
membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali
·
Al-dhallun dan al-mawta
(orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali;
·
Dll.
c)
Keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
·
Al-infaq (infak) dengan
al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali;
·
Al-bukhl (kekikiran) dengan
al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
·
Dll.
d)
Keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dengan kata penyebabnya.
·
Al-israf (pemborosan)
denagn as-sur’ah (tergesa-gesaan), masing-masing 23 kali;
·
Al-maw’izhah
(nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali;
·
Dll.
e)
Disamping
keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan lainnya.
·
Kata yawn (hari) dalam
bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan
kata hari yang menunjuk kepada kata plural (ayyam) atau dua ( yaw-mayni),
jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan.
Di sisi lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat dua belas kali,
sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
3.
I’jaz ’Ilmi
Di dalam
Al-Qur’an, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak,
ilmu hewan.Semuanya itu menimbulkan rasa takjub.Beginilah i’jaz Al-Qur’an ‘ilmi
itu betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan
pintu-pintu ilmu pengetahuan.
Menurut
Quraish Shihab,[10] banyak
sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari
bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5.
هُوالذى جعل الشمس ظىا ء والقمر
نورا وقدره منازل لتعلموا عددالسنىن والحساب
ماخلقالله ذلك الآبلحق ىفصل الاىت لقوم ىعلمون.
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas.
Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah:
فمن ىردالله ان ىهدىه ىشرح صدره
للاسلام ومن ىرد ان ىضله ىجعل صدره ضىقا حرجا كانماىصعد في السماء كذلك ىجعل الله الرجس عل الذىن يؤمنون (النعام
: 125)
”Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk
agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke
langit.” (QS. Al-An’am: 125)
Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh
firman Allah SWT:
بلا قادرىن على ان نسوى بنا نه
(القىامه : 4)
”Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun
(kembali) jari-jarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4)
Aroma manusia
berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat
94.
Masa
penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat
Al-Baqorah ayat 233.
Adanya nurani
(superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah
surat Al-Qiyamah ayat 14-15.
Demikianlah
petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an
merupakan hidayah Allah.Oleh sebab itu orang harus mempergunakan akalnya untuk
membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firman Allah
yang berarti:
”Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa
bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.”
(QS. Al-Baqoroh: 189)
4.
I’jaz Tasyri’i
Al-Qur’an
menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan
musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi.[11]
Firman Allah SWT yang berarti :
”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS.
Ali Imron: 159)
Di dalam pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh
ditinggalkan.Al-Qur’an telah menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu
hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT yang berarti :
”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah:
44)
Al-Qur’an
menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa,
akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun
sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat
dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dengan jinayat dan huduud.
”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera” (QS. An-Nur: 2)
5.
I’jaz ’Adady (Jumlah)
I’jaz ’adady
merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan ”sa’ah”
disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam
sehari semalam. Selain itu Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat
Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat:
12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15.
Adapula
kata-kata yang menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir
(pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah
518 kali. Jumlah ini sama dengan penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa
berita yakni 518 kali.[12]
E.
Unsur-unsur dan Aspek
Kemukjizatan Al-Qur’an
a.
Unsur-unsur Mukjizat
Sebagaimana
dijelaskan oleh Quraish Shihab[13]
bahwa unsur-unsur mukjizat adalah:
1.
Hal atau peristiwa yang luar
biasa.
Peristiwa-peristiwa alam, walaupun
menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena peristiwa tersebut merupakan
sesuatu yang biasa, yang dimaksud dengan luar biasa.Yang dimaksud luar biasa
adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya
diketahui secara umum.
2.
Terjadi atau dipaparkan oleh
seorang Nabi.
Apabila
keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat.Demikian pula
sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini
pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan keluarbiasaan yang terjadi pada
seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah SWT dinamakan karomah.Bertitik
tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir,
maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.
3.
Adanya Tantangan
Al-Quran yang
besar ini (mukjizat Muhammad), yang menantang orang-orang Arab khususnya dan
manusia pada umumnya, dibawa oleh seorang nabi yang ummi, tidak bisa membaca
dan menulis, tidak pernah belajar di suatu sekolah, tidak pernah mendapat
mendapat ilmu pengetahuan dari salah satu perguruan tinggi yang besar, tidak
pernah dinyatakan telah menerima suatu ilmu pengetahuan dari salah seorang
ulama yang pandai dan menonjol alam berbagai segi kebudayaan dalam pengetahuan,
dan tidak pernah pula bertemu dengan salah seorang ulama ahli kitab ( Yahudi
dan Nasrani) sehinngga ia bisa memperlihatkan berita-berita umat terdahulu dan
khabar Nabi-nabi yang lampau. Beliau datang kepada orang-orang arab itu dengan
membawa kitab yang agung ini denga maksud menandingi mereka. Pemimpin-pemimpin
sastrawaan dan gembong-gembongnya ditantang untuk menandingi Al-Quran dengan
susunan kalimat yang kuat dan gaya bahasa yang mempesona yang bisa menggetarkan
semangat serta mendorong untuk ikut lomba. Beliau menantang mereka untuk bertanding
dengan seluruh alquran kemudian bertanding dengan sepuluh surat yang sama,
hingga bertanding dengan satu surat saja. Namun, mereka tetap tidak dapat
melakukannya sehingga mereka tidak dapat berbicara satu patahpun.[14]
Di saat ini,
tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan
nabi. Kalau misalnya ia berkata ”batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu
itu berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan
ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj.
4.
Tantangan tersebut tidak mampu
atau gagal dilayani
Bila yang
ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti pengakuan sang penantang
tidak terbukti.
b.
Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Pada umumnya ulama, pengarang dan
buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al Qur’an mengemukakan banyak sekali
kemukjizatan yang dikandung oleh al Qur’an. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M)
mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Qur’an[15],
yaitu:
1.
Aspek
bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa Arab.
2.
Gaya
bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa Arab pada umumnya.
3.
Keutuhannya
yang tidak tertandingi
4.
Aspek
peraturannya yang tidak terlampaui.
5.
Penjelasannya
tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat ditelusuri lewat wahyu semata.
6.
Tidak
ada hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan (science).
7.
Memenuhi
seluruh janjinya, baik tentang limpahan rahmat atau ancaman.
8.
Pengetahuan
yang dikandungnya.
9.
Memenuhi
keperluan dasar manusia.
10. Pengaruh terhadap qalbu manusia.
Sementara
al Baqilani[16]
(w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya I’jazat al Qur’an mengemukakan tiga aspek
yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang
hal yang ghaib, dan 3) tidak adanya kontradiksi dalam al Qur’an. Rusydi AM
mengemukakan bahwa kemukjizatan al Qur’an terletak pada segi fashahah dan
balaghah-nya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya.
Manna al Qaththan mengemukakan tiga pendapat tentang kadar
kemukjizatan al Qur’an[17]
yaitu:
1.
Mu’tazilah menyatakan keseluruhan
al Qur’an merupakan mukjizat, bukan sebagian atau beberapa bagian saja.
2.
Sebagian ulama lainnya berpendapat
kemukjizatan al qur’an terletak pada sebagian kecil atau sebagian besar al
Qur’an, tanpa terkait surat. Pendapat ini didasari firman Allah surat at Thur
ayat 34 “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu
jika mereka orang-orang yang benar.”
3.
Ulama lainnya berpendapat
kemukjizatan cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun hanya surat pendek.
Atau dengan satu atau beberapa ayat.
Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Qur’an itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).
Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Qur’an itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
kesimpulan paper ini, dapat disimpulkan bahwa i’jaz Al-Qur’an merupakan ilmu
Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an dan
menjadikan tidak mampu atau melemahkan bagi penantangnya. Ciri-ciri dari gaya
bahasa Al-Qur’an sendiri dapat dilihat dari point dibawah ini, di anataranya:
1.
Susunan kata dan kalimat
Al-Qur’an, meliputi nada, dan lagamnya yang unik, singkat dan padat, memuaskan
para pemikir dan orang awam, memuaskan akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan
maknanya.
2.
Keseimbangan redaksi.
3.
Ketelitian redaksinya.
4.
Macam-macam i’jaz sendiri sangat
banyak, di antaranya: i’jaz balaghi, i’jaz ’adady, i’jaz lughowy, i’jaz
tasyri’i dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2007
Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Qur’an( terjamahan dariمباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI,Yogyakarta,
cetakan V 1998
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Studi Ilmu Alquran(terj dari
At-Tibyan Fi ulumilQuran), Pustaka Setia, Bandung, Cetakan X 1998
Abun Bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, Kafusari Press,
Banjarmasin,2012
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, Cetakan
I 1992
http://lafire77.blogspot.com.ijaz-al-quran.html (diakses tanggal 1 desember 2014)
http://nasirsalo.blogspot.comijaz-al-quran-kemujizatan-al-quran.html (diakses tanggal 1 desember 2014)
[1]Harun Sihab, dalam Rosihon Anwar),
2009:9
[2]
Abun Bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, ( Yogyakarta, Kafusari Press, 2012),
h. 107
[3]
M.Quraish shihab,(dalam Rasihan Anwar),Ulum Alquran (Bandung, Pustaka Setia,
2007), h. 184.
[4] M
Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Alquran, (Bandung : Pustaka Setia), h. 118
[5]
Az-Zarqoniy (dalam Abun Bunyamin ) Bunga Rampai….. h. 108
[6]
Az-Zarkashii (dalam Abun Bunyamin ) ibid,
h.108
[7]
Ibid h.198
[8]Ibid, h.199
[9] M
Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung, Mizan,1992), h. 30
[13]Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:11)
[14]As-Shaabuuniy,
Studi Ilmu Al-Quran, (Bandung, Pustaka Setia,2008), h. 120
[15]Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu
Qur’an, (Yogyakarta, IKAPI,1998.
[16]
Al-Baqilani,http// mukjizat alquran.html
[17]
Abun bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, (Yogyakarta, Kasufari,2012), h. 129
Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusjelaskan pengertian mukjizat dan irhas Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone