Selasa, 23 Desember 2014

Mukjizat Al-Quran



BAB I
PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang Masalah
Di dunia yang begitu luas ini, Allah SWT menciptakan berbagai makhluk, gunung-gunung yang besar, lautan yan besar dan berombak dan samudera yang luas.Demikianlah Allah menciptakan alam semesta ini atas kuasaNya dan kepada manusia, Allah memberikan beberapa keistimewaan.Di antaranya adalah kemampuan berpikir yang digunakan untuk membukakan rahasia-rahasia unsur-unsur kekuatan yang tersembunyi di alam ini.
Begitu pula para nabi yang di utus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia terhadap pesan dan misi yang dibawa oleh Nabi.Dan mukjizat itu selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi[1].Namun apakah suatu mukjizat itu dapat ditandingi?
Berdasarkan alasan di atas.Maka paper ini membahas topik tentang I’jaz Al-Qur’an. Dimana akan dijelaskan mengenai dasar pembahasan i’jaz Al-Qur’an dan keindahan dari segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
·         Bagaimana pengertian I’jaz Al-Qur’an?
·         Apa saja macam-macam I’jaz  Al-Qur’an?
·         Unsur-unsur dan Aspek kemukjizatan Al-Qur’an?
C.    Tujuan Masalah
·         Agar kita memahami serta paham arti I’jaz alquran
·         Agar kita mengetahui dan memahami macam-macam I’jaz alquan
·         Agar kita mengetahui unsur-unsur kemukjizatan Alquran serta memahami satu persatu dari unsur itu.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mukjizat Al-Qur’an
      I’jaz Alquran terdiri atas dua kata, kata pertama disandarkan (idhafah) kepada kata kedua.Dalam hal ini penyandaran mashdar kepada subjeknya (fa’il). Objeknya dan apa yang berkaitan dengan kata kerja (fi’il), disembunyikan, karena sudah dimaklumi.[2] Menurut bahasa, makna I’jaz alquran adalah penetapan alquran akan ketidakmampuan makhluk memenuhi tantangan alquran. Akan tetapi, hal ini bukanlah sasaran utama I’jaz alquran, karena yang diinginkan adalah menamakkan kebenaran Alquran, dan kejujuran Muhammad saw. sebagai Rasul. Begitu pula dengan mukjizat semua Rasul.
      Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mukjiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak umat menonjol sehinga mampu membungkam lawan, ia dinamai “mukjizat”. Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).[3]
      Secara istilah:
a.       Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran.
b.      Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.
      Jadi,Mukjizat adalah  Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku Nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya.Mukjizat ini ditujukan untuk menunjukkan kelemahan manusia untuk mendatangkan hal yang serupa dengannya.[4]
      Dengan demikian, mukjizat itu diharapkan menumbuhkan kesadaran umat Rasul yang bersangkutan bahwa tantangan yang tidak sanggup mereka penuhi itu berasal dari Allah yang mengutus Rasul yang bersangkutan dan mereka harrus mengimani dan sekaligus mengimani Rasul yang membawanya.[5] Ilmu ini sangat mulia, karena mukjizat Rasul saw. yang kekal adalah Alquran.[6]
D.    Macam-macam I’jaz Al-Qur’an
      Dalam sebuah buku yang berjudul ”Al-I’jaz Qur’any fi Wujuhil Muktasyifah”, macam-macam i’jaz Al-Qur’an yan terungkap antara lain: i’jaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), i’jaz tasyri’ (perundang-undangan), i’jaz ilmi, i’jaz lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), i’jaz thibby (kedokteran), i’jaz falaky (astronomi), i’jaz adady (jumlah), i’jaz i’lami (informasi), i’jaz thabi’i (fisika) dan lain sebagainya.
      Karena banyaknya berbagai macam i’jaz Al-Qur’an, maka dalam hal ini akan diuraikan beberapa bagian dari macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku ”Al-I’jazal Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain:
1.      I’jaz Balaghy (Berita Tentang Hal-hal yang Ghaib)
           Sebagian ulama’ mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an adalah berita ghaib, contohnya adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus: 92
Artinya: ”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (QS. Yunus:92)
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Tidak seorangpun mengetahui hal tersebut, karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun S.M. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1898, ahli purbakala Loret menemukan di lembah raja-raja Luxr Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa itu adalah Firaun yang bernama Munftah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. Selain itu, pada tanggal 8 juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya adalah salah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al- Quran melalui nabi yang ummy ( tidakpandai membaca dan menulis).[7]
2.      I’jaz Lughawy (Keindahan Redaksi Al-Qur’an)
           memandang segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an dalam 4 aspek, di antaranya aspek keindahan dan ketelitian redaksinya[8]. Dalam Al-Qur’an dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu:[9]
a)      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya.
Beberapa contoh diantaranya:
·         Al-hayyah (hidup) dan al-mawt (mati) masing-masing sebanyak 145 kali;
·         Al-naf’ (manfaat) dan Al-madharat (mudarat) masing-masing sebanyak 50 kali;
·         Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali;
·         Dll.
b)      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya.
·         Alharts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
·         Al-‘ushb dan al-dhurur ( membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali
·         Al-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali;
·         Dll.
c)      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
·         Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali;
·         Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
·         Dll.
d)     Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
·         Al-israf (pemborosan) denagn as-sur’ah (tergesa-gesaan), masing-masing 23 kali;
·         Al-maw’izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali;
·         Dll.
e)      Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan lainnya.
·         Kata yawn (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada kata plural (ayyam) atau dua ( yaw-mayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
3.      I’jaz ’Ilmi
           Di dalam Al-Qur’an, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan.Semuanya itu menimbulkan rasa takjub.Beginilah i’jaz Al-Qur’an ‘ilmi itu betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan.
           Menurut Quraish Shihab,[10] banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5.
هُوالذى جعل الشمس ظىا ء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عددالسنىن والحساب  ماخلقالله ذلك الآبلحق ىفصل الاىت لقوم ىعلمون.
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah:
فمن ىردالله ان ىهدىه ىشرح صدره للاسلام ومن ىرد ان ىضله ىجعل صدره ضىقا حرجا كانماىصعد في السماء  كذلك ىجعل الله الرجس عل الذىن يؤمنون (النعام : 125)
Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125)
Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT:
بلا قادرىن على ان نسوى بنا نه (القىامه : 4)
Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4)
           Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94.
           Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqorah ayat 233.
           Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15.
           Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan hidayah Allah.Oleh sebab itu orang harus mempergunakan akalnya untuk membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firman Allah yang berarti:
Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (QS. Al-Baqoroh: 189)
4.      I’jaz Tasyri’i
           Al-Qur’an menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi.[11] Firman Allah SWT yang berarti :
”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS. Ali Imron: 159)
Di dalam pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan.Al-Qur’an telah menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT yang berarti :
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 44)
           Al-Qur’an menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dengan jinayat dan huduud.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera” (QS. An-Nur: 2)
5.      I’jaz ’Adady (Jumlah)
           I’jaz ’adady merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan ”sa’ah” disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15.
           Adapula kata-kata yang menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita yakni 518 kali.[12]



E.     Unsur-unsur dan Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
a.       Unsur-unsur Mukjizat
      Sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab[13] bahwa unsur-unsur mukjizat adalah:
1.      Hal atau peristiwa yang luar biasa.
Peristiwa-peristiwa alam, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena peristiwa tersebut merupakan sesuatu yang biasa, yang dimaksud dengan luar biasa.Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.
2.      Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi.
           Apabila keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat.Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah SWT dinamakan karomah.Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.
3.      Adanya Tantangan
           Al-Quran yang besar ini (mukjizat Muhammad), yang menantang orang-orang Arab khususnya dan manusia pada umumnya, dibawa oleh seorang nabi yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, tidak pernah belajar di suatu sekolah, tidak pernah mendapat mendapat ilmu pengetahuan dari salah satu perguruan tinggi yang besar, tidak pernah dinyatakan telah menerima suatu ilmu pengetahuan dari salah seorang ulama yang pandai dan menonjol alam berbagai segi kebudayaan dalam pengetahuan, dan tidak pernah pula bertemu dengan salah seorang ulama ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani) sehinngga ia bisa memperlihatkan berita-berita umat terdahulu dan khabar Nabi-nabi yang lampau. Beliau datang kepada orang-orang arab itu dengan membawa kitab yang agung ini denga maksud menandingi mereka. Pemimpin-pemimpin sastrawaan dan gembong-gembongnya ditantang untuk menandingi Al-Quran dengan susunan kalimat yang kuat dan gaya bahasa yang mempesona yang bisa menggetarkan semangat serta mendorong untuk ikut lomba. Beliau menantang mereka untuk bertanding dengan seluruh alquran kemudian bertanding dengan sepuluh surat yang sama, hingga bertanding dengan satu surat saja. Namun, mereka tetap tidak dapat melakukannya sehingga mereka tidak dapat berbicara satu patahpun.[14]
           Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata ”batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj.
4.      Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
           Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti pengakuan sang penantang tidak terbukti.
b.      Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al Qur’an mengemukakan banyak sekali kemukjizatan yang dikandung oleh al Qur’an. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M) mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Qur’an[15], yaitu:
1.      Aspek bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa Arab.
2.      Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa Arab pada umumnya.
3.      Keutuhannya yang tidak tertandingi
4.      Aspek peraturannya yang tidak terlampaui.
5.      Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat ditelusuri lewat wahyu semata.
6.      Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan (science).
7.      Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan rahmat atau ancaman.
8.      Pengetahuan yang dikandungnya.
9.      Memenuhi keperluan dasar manusia.
10.  Pengaruh terhadap qalbu manusia.
           Sementara al Baqilani[16] (w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya I’jazat al Qur’an mengemukakan tiga aspek yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang hal yang ghaib, dan 3) tidak adanya kontradiksi dalam al Qur’an. Rusydi AM mengemukakan bahwa kemukjizatan al Qur’an terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya.
Manna al Qaththan mengemukakan tiga pendapat tentang kadar kemukjizatan al Qur’an[17] yaitu:
1.      Mu’tazilah menyatakan keseluruhan al Qur’an merupakan mukjizat, bukan sebagian atau beberapa bagian saja.
2.      Sebagian ulama lainnya berpendapat kemukjizatan al qur’an terletak pada sebagian kecil atau sebagian besar al Qur’an, tanpa terkait surat. Pendapat ini didasari firman Allah surat at Thur ayat 34 “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”
3.      Ulama lainnya berpendapat kemukjizatan cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun hanya surat pendek. Atau dengan satu atau beberapa ayat.
Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Qur’an itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari kesimpulan paper ini, dapat disimpulkan bahwa i’jaz Al-Qur’an merupakan ilmu Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an dan menjadikan tidak mampu atau melemahkan bagi penantangnya. Ciri-ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an sendiri dapat dilihat dari  point dibawah ini, di anataranya:
1.      Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an, meliputi nada, dan lagamnya yang unik, singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang awam, memuaskan akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan maknanya.
2.      Keseimbangan redaksi.
3.      Ketelitian redaksinya.
4.      Macam-macam i’jaz sendiri sangat banyak, di antaranya: i’jaz balaghi, i’jaz ’adady, i’jaz lughowy, i’jaz tasyri’i dan lain sebagainya.












DAFTAR PUSTAKA
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2007
Quraish Shihab,et al., dalam Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2007
Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Qur’an( terjamahan dariمباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI,Yogyakarta, cetakan V 1998 
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Studi Ilmu Alquran(terj dari At-Tibyan Fi ulumilQuran), Pustaka Setia, Bandung, Cetakan X 1998
Abun Bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, Kafusari Press, Banjarmasin,2012
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, Cetakan I 1992
http://lafire77.blogspot.com.ijaz-al-quran.html (diakses tanggal  1 desember 2014)


[1]Harun Sihab, dalam Rosihon Anwar), 2009:9
[2] Abun Bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, ( Yogyakarta, Kafusari Press, 2012), h. 107
[3] M.Quraish shihab,(dalam Rasihan Anwar),Ulum Alquran (Bandung, Pustaka Setia, 2007),  h. 184.
[4] M Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Alquran, (Bandung : Pustaka Setia), h. 118
[5] Az-Zarqoniy (dalam Abun Bunyamin ) Bunga Rampai….. h. 108
[6] Az-Zarkashii (dalam Abun Bunyamin ) ibid, h.108
[7] Ibid h.198
[8]Ibid, h.199
[9] M Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung, Mizan,1992), h. 30
[13]Shihab  (dalam Rosihon Anwar, 2000:11)
[14]As-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Quran, (Bandung, Pustaka Setia,2008), h. 120
[15]Manna’ Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Qur’an, (Yogyakarta, IKAPI,1998.
[16] Al-Baqilani,http// mukjizat alquran.html
[17] Abun bunyamin, Bunga Rampai Ulumul Quran, (Yogyakarta, Kasufari,2012), h. 129

1 komentar:

  1. Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    jelaskan pengertian mukjizat dan irhas Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus